Dipublish oleh Tim Towa | 28 Oktober 2025, 11:38 WIB
Towa News, Jakarta - Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, momen bersejarah yang menjadi simbol persatuan dan kebangkitan nasional. Ikrar Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 menegaskan tekad para pemuda untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Awal Kebangkitan Nasional
Awal abad ke-20 menandai tumbuhnya kesadaran nasional di kalangan pemuda Indonesia. Lahirnya organisasi modern seperti Budi Utomo (1908), Indische Partij (1912), dan Tri Koro Dharmo (1915) menjadi tonggak awal munculnya semangat perjuangan bersama.
Kemajuan pendidikan dan media massa pada masa itu ikut mendorong munculnya gagasan tentang pentingnya persatuan, setelah perjuangan bersifat kedaerahan dianggap tidak lagi efektif melawan penjajahan Belanda.
Kongres Pemuda Pertama
Langkah awal menuju persatuan diwujudkan melalui Kongres Pemuda Pertama yang berlangsung pada 30 April – 2 Mei 1926 di Batavia (kini Jakarta).
Kongres yang dihadiri berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan Jong Ambon bertujuan mempererat hubungan antarpemuda dari berbagai daerah.
Meskipun belum menghasilkan keputusan final, kongres tersebut menegaskan pentingnya semangat nasionalisme di kalangan pemuda.
Kongres Pemuda Kedua
Dua tahun kemudian, semangat itu berlanjut dalam Kongres Pemuda Kedua yang digelar pada 27–28 Oktober 1928. Acara ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dengan Sugondo Djojopuspito sebagai ketua dan J. Leimena sebagai sekretaris.
Kongres berlangsung di tiga lokasi berbeda di Batavia, yakni di Gedung Katholieke Jongelingen Bond, Oost-Java Bioscoop, dan rumah di Jalan Kramat Raya No. 106 — yang kini dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Dalam kongres tersebut, sejumlah tokoh muda tampil sebagai pembicara, di antaranya Muhammad Yamin, Soenario, dan Djoko Marsaid. Mereka membahas pentingnya persatuan nasional, bahasa, dan cita-cita kemerdekaan.
Lahirnya Ikrar Sumpah Pemuda
Puncak kongres terjadi pada 28 Oktober 1928, saat seluruh peserta menyepakati sebuah ikrar yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Berikut teks aslinya:
Soempah Pemoeda
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Pada kesempatan itu pula, lagu “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Supratman pertama kali diperdengarkan secara instrumental dan bendera Merah Putih dikibarkan sebagai lambang kebangsaan.
Tokoh-Tokoh Penting
Selain Sugondo Djojopuspito dan J. Leimena, sejumlah tokoh berperan besar dalam momentum bersejarah tersebut, di antaranya:
Muhammad Yamin, perancang teks Sumpah Pemuda,
W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya,
Amir Sjarifoeddin, wakil dari Jong Bataks Bond,
Soenario, pembicara yang menekankan pentingnya cita-cita nasional.
Makna dan Dampak
Sumpah Pemuda menjadi tonggak persatuan bangsa Indonesia dan menegaskan tekad untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Ikrar ini menginspirasi lahirnya perjuangan bersama yang pada akhirnya mengantarkan Indonesia menuju Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sejak tahun 1959, melalui Keputusan Presiden No. 316, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda dan diperingati setiap tahun di seluruh Indonesia.
Relevansi di Masa Kini
Nilai-nilai Sumpah Pemuda tetap relevan di era modern. Semangat persatuan dalam keberagaman, cinta tanah air, serta penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu menjadi fondasi penting bagi generasi muda menghadapi tantangan global.
Editor: Media Towa
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.