BI: Perekonomian Dunia Masih dalam Tren Melambat akibat Tarif AS

Dipublish oleh Tim Towa | 22 Oktober 2025, 15:14 WIB

Bagikan:
X
BI: Perekonomian Dunia Masih dalam Tren Melambat akibat Tarif AS
Ilustrasi Bank Indonesia (BI) ( Foto: pinterest)

Towa News, Jakarta– Bank Indonesia (BI) menilai perekonomian dunia masih berada dalam tren melambat akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang mendorong ketidakpastian global tetap tinggi.

“Perkembangan global ini menuntut kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global yang masih tinggi tersebut terhadap perekonomian domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (22/10).

Dilansir dari ANTARA, AS diketahui kembali mengenakan tarif tambahan kepada sektor farmasi, mebel, dan otomotif sejak 1 Oktober 2025. Selain itu, pemerintah AS juga mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap produk asal Tiongkok.

Kebijakan tersebut berdampak pada pelemahan kinerja perdagangan global, tercermin dari melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara. Di AS sendiri, pertumbuhan ekonomi masih lemah sehingga mendorong berlanjutnya penurunan kondisi ketenagakerjaan.

Sementara itu, ekonomi Jepang, Eropa, dan India dinilai belum cukup kuat, dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang masih terbatas meski pemerintah di negara-negara tersebut telah melakukan stimulus fiskal dan moneter. Adapun perekonomian Tiongkok pada triwulan III-2025 meningkat, didorong oleh kebijakan stimulus fiskal.

BI mencatat, perkembangan ini berpengaruh terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 yang diperkirakan sebesar 3,1 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3 persen.

Selain itu, probabilitas penurunan kembali suku bunga kebijakan moneter AS atau Fed Fund Rate disebut semakin besar sejalan dengan melemahnya kondisi ketenagakerjaan di Negeri Paman Sam tersebut.

“Sejalan dengan itu, imbal hasil (yield) US Treasury jangka pendek kembali menurun dan indeks mata uang dolar AS (DXY) cenderung melemah. Aliran modal ke emerging market masih berfluktuasi seiring dengan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas Perry.

Bank Indonesia menegaskan bahwa perlambatan ekonomi global pada 2025 masih dipicu oleh kebijakan tarif tambahan Amerika Serikat yang meningkatkan ketidakpastian pasar dunia. Kondisi ini menekan perdagangan internasional dan memperlemah pertumbuhan di sejumlah negara besar seperti AS, Jepang, Eropa, dan India.
Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 diperkirakan mencapai 3,1 persen, sedikit lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya, dengan potensi penurunan suku bunga acuan AS yang dapat memengaruhi arus modal ke negara berkembang.

Sumber: ANTARA

 

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video