Dipublish oleh Tim Towa | 14 Oktober 2025, 06:44 WIB
Towa News, Jakarta - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan tarif 100 persen terhadap produk asal China berpotensi menguntungkan Indonesia melalui perluasan akses pasar ekspor.
"Kalau kita lihat, kalau China dikenakan tarif 100 persen, barang kita jadi lebih bersaing di Amerika. Untuk itu kita untung. Biar saja mereka berantem, kita untung," ujar Purbaya saat ditemui di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Sentimen Campuran terhadap Pasar Keuangan
Menkeu mengakui ketegangan perdagangan antara kedua negara adidaya tersebut kemungkinan akan memunculkan sentimen campuran di pasar keuangan Indonesia. Namun, dalam jangka panjang dampaknya diperkirakan positif terhadap kinerja ekspor nasional.
"Ke IHSG harusnya positif. Kenapa? Mungkin ada sentimen negatif di pasar, gara-gara pasar sana jatuh," jelasnya.
Latar Belakang Kebijakan Trump
Trump mengumumkan pada Jumat (10/10/2025) bahwa akan mengenakan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang dari China serta membatasi ekspor perangkat lunak penting. Kebijakan ini merupakan respons terhadap pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) yang diberlakukan Beijing.
Tarif tersebut ditargetkan mulai berlaku pada 1 November 2025 atau lebih cepat, tergantung langkah lanjutan dari China. "Mulai 1 November 2025, Amerika Serikat akan mengenakan tarif sebesar 100 persen terhadap China, di atas tarif apa pun yang saat ini mereka bayarkan," tulis Trump dalam unggahan media sosialnya.
Sebelumnya, pemerintah China pada Kamis (9/10/2025) mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang yang memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan ini juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dahulu.
Analisis Ekonom
Sebelumnya, ekonom dari Center for Reform on Economics (CORE) Indonesia, Sahara, dalam diskusi Outlook Ekonomi Sektoral 2025 menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang peningkatan ekspor dari kebijakan proteksionisme Trump. Menurut perhitungan menggunakan Global Trade Analysis Project (GTAP), "Ada kesempatan untuk meningkatkan ekspor."
Namun demikian, para ekonom juga mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap dampak jangka panjang. Kepala Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ibrahim Assuaibi, menyampaikan bahwa tarif Trump akan menguji ketahanan neraca pembayaran Indonesia.
Dampak Historis Perang Dagang AS-China
Dalam perang dagang sebelumnya antara AS dan China, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor Indonesia ke AS justru mengalami kenaikan. Nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 18,64 miliar pada 2019, meningkat 4,5 persen dari tahun sebelumnya, sementara ekspor ke China turun 2,6 persen menjadi USD 25,85 miliar.
Posisi Indonesia di Tengah Ketegangan
Indonesia sendiri tidak terlepas dari kebijakan tarif Trump. Pada Juli 2025, Trump mengumumkan tarif 19 persen untuk produk ekspor Indonesia ke AS, turun dari rencana awal 32 persen yang diumumkan pada April 2025.
Meski demikian, optimisme pemerintah terhadap peluang dari ketegangan AS-China menunjukkan strategi untuk memanfaatkan dinamika perdagangan global sebagai momentum memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.
Sumber: Kompas.com, Antara, Republika, CNN Indonesia, CNBC Indonesia
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
Menkeu: Tidak Ada Kenaikan Tarif Pajak Sebelum Ekonomi...
Towa News | 29 Oktober 2025, 16.03 WIB
BI: Perekonomian Dunia Masih dalam Tren Melambat akibat...
Towa News | 22 Oktober 2025, 15.14 WIB
Prabowo Instruksikan Turunkan Harga Pupuk 20 Persen, Berlaku...
Towa News | 22 Oktober 2025, 14.54 WIB
Bali Sabet Gelar Pulau Terbaik di Asia, Masuk...
Towa News | 15 Oktober 2025, 16.53 WIB
Pembangunan Gerai dan Gudang Kopdes Merah Putih Dimulai...
Towa News | 11 Oktober 2025, 13.40 WIB