Indonesia dan China Tandatangani MoU Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Transaksi Bilateral, Tinggalkan USD

Dipublish oleh Tim Towa | 27 Mei 2025, 14.23 WIB

Indonesia dan China Tandatangani MoU Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Transaksi Bilateral, Tinggalkan USD
Bank Indonesia dan People’s Bank of China menyepakati pembentukan Kerangka Kerja Sama Transaksi Bilateral dalam Mata Uang Lokal (local currency transaction framework) Foto: BPMI Satpres

Towa News, Jakarta – Indonesia dan China resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral, sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang perantara. Kesepakatan ini ditandatangani langsung oleh Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri China Li Qiang di Jakarta, Minggu (25/5).

Nota kesepahaman ini bertujuan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi dan investasi antara kedua negara, sekaligus memperkuat kerja sama di pasar moneter dan keuangan. Dalam keterangan resmi, disebutkan bahwa langkah ini diharapkan dapat memperdalam hubungan ekonomi dan memitigasi risiko dari fluktuasi nilai tukar dolar AS.

Pada kesempatan yang sama, PM Li Qiang membawa investasi senilai RMB 72 miliar atau sekitar Rp162,8 triliun ke Indonesia. Menteri Investasi Rosan Roeslani menyatakan bahwa investasi tersebut telah mulai terealisasi dan difokuskan pada sektor-sektor strategis seperti produksi gerbong kereta api, baterai kendaraan listrik, dan industri kimia. Proyek-proyek ini melibatkan perusahaan BUMN, swasta nasional, serta mitra asing dan diperkirakan akan menyerap hingga 150.000 tenaga kerja lokal.

Nilai tukar rupiah pun menunjukkan penguatan signifikan, mencapai Rp16.175 per dolar AS pada Senin pagi (26/5), menandai respons positif pasar terhadap perkembangan ini. Di tengah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Indonesia mengambil posisi strategis dengan menggandeng China sebagai mitra pembangunan yang saling menguntungkan.

Sementara itu, Amerika Serikat terus menekan Indonesia agar membeli produk asal AS dalam negosiasi tarif, terutama di sektor minyak bumi dan gas. Indonesia harus menyeimbangkan kepentingan kedua negara besar ini dalam menghadapi dinamika geopolitik dan ekonomi global.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video