International Energy Agency (IEA) Peringatkan Ledakan Energi AI Ancam Stabilitas Listrik Global

Dipublish oleh Admin | 09 Juni 2025, 08.35 WIB

International Energy Agency (IEA) Peringatkan Ledakan Energi AI Ancam Stabilitas Listrik Global
Foto : www.microthings.id

Towa News, Jakarta - Lonjakan permintaan energi dari pusat data dan teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai menimbulkan kekhawatiran global. Menurut laporan terbaru International Energy Agency (IEA), pusat data di seluruh dunia telah mengkonsumsi 415 terawatt-jam (TWh) listrik sepanjang tahun 2024 — setara dengan sekitar 1,5% total konsumsi listrik global.

Yang mencolok, lebih dari 24% konsumsi listrik pusat data di Amerika Serikat disumbang oleh server AI, menjadikan teknologi ini sebagai salah satu pendorong utama permintaan energi yang tak terbendung.

Ancaman Lonjakan Energi Hingga 2030

IEA memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi atau efisiensi yang signifikan, pusat data di AS saja bisa membutuhkan hingga 945 TWh listrik pada tahun 2030 — lebih dari dua kali lipat dari saat ini.

Permintaan besar ini sebagian besar dipicu oleh ledakan adopsi teknologi AI, termasuk model-model besar (large language models), generative AI, dan berbagai sistem komputasi intensif lainnya.

Risiko Sosial: Dari Tagihan Tinggi Hingga Pemadaman

Namun, melonjaknya kebutuhan energi tidak datang tanpa risiko. IEA menyoroti bahwa beban berat pada infrastruktur energi berpotensi:

  • Menaikkan biaya listrik untuk masyarakat umum

  • Memicu pemadaman bergilir atau gangguan pasokan listrik

  • Mengganggu kestabilan jaringan listrik nasional

Ancaman terbesarnya adalah: apakah jaringan listrik global mampu menanggung lonjakan permintaan energi dari teknologi AI? Jika tidak, maka masyarakat biasa bisa menjadi korban utama dari krisis daya yang dipicu oleh infrastruktur digital.

Goldman Sachs: AI Bisa Konsumsi Energi 165% Lebih Banyak

Peringatan serupa juga datang dari Goldman Sachs. Lembaga keuangan global ini memperkirakan bahwa pusat data AI akan mengkonsumsi energi hingga 165% lebih besar dalam beberapa tahun mendatang, terutama seiring bertambahnya kebutuhan akan chip AI, server pendingin, serta kompleksitas sistem komputasi generatif.

Proyeksi ini menambah lapisan kekhawatiran baru dalam perdebatan global: Apakah pertumbuhan AI berkelanjutan secara ekologis dan infrastruktur?

Jalan Tengah: Efisiensi Energi dan Inovasi Berkelanjutan

Meski demikian, sejumlah pihak menyarankan bahwa lonjakan ini dapat ditekan jika industri digital dan pembuat kebijakan segera:

  • Menerapkan teknologi pendingin yang lebih efisien

  • Berinvestasi pada energi terbarukan

  • Membangun pusat data berbasis green energy

  • Menyusun regulasi efisiensi untuk komputasi intensif

Karena tanpa terobosan dalam efisiensi dan keberlanjutan, teknologi yang seharusnya mendorong kemajuan justru bisa menciptakan krisis baru di sektor energi.

Masa Depan Energi dan AI: Berkah atau Beban?

Pusat data dan kecerdasan buatan telah menjadi tulang punggung ekonomi digital. Namun, laporan dari IEA dan Goldman Sachs menegaskan satu hal penting: masa depan AI tidak bisa hanya dinilai dari kehebatan algoritmanya, tapi juga dari jejak energinya.

Pertanyaannya kini mampukah dunia memanfaatkan AI tanpa membuat planet ini kelelahan?

Referensi : akademicrypto.com

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video