Dipublish oleh Tim Towa | 05 Agustus 2025, 09:58 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan, terutama pada semester kedua 2025. Optimisme ini didukung oleh beberapa faktor positif, termasuk kesepakatan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat sebesar 19 persen.
"Kesepakatan tarif 19 persen antara Indonesia dan AS memberikan kepastian bagi para pelaku usaha, termasuk di sektor jasa keuangan," ujar Mahendra dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner OJK di Jakarta, Senin (4/8/2025).
IMF baru-baru ini merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 4,7 persen untuk tahun 2025. Proyeksi yang sama juga berlaku untuk tahun 2026. Revisi ini tertuang dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2025.
Menurut Mahendra, revisi tersebut mencerminkan keyakinan bahwa pemulihan ekonomi nasional akan berlangsung lebih kuat. "Ini menunjukkan bahwa sekalipun kebijakan tarif Amerika Serikat menimbulkan disrupsi besar, dengan dicapainya kesepakatan, setidaknya memberikan sinyal dan kepastian mengenai pergerakan ekspor-impor," jelasnya.
Perbaikan proyeksi ekonomi Indonesia didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
Kondisi ekonomi global yang membaik - Data ekonomi dari negara-negara utama seperti AS dan China pada kuartal II 2025 mencatatkan pertumbuhan masing-masing 3 persen dan 5,2 persen.
Penguatan pasar keuangan global - Investor melakukan risk-on dan aliran modal meningkat ke emerging market, termasuk Indonesia.
Ketahanan indikator domestik - Permintaan dalam negeri stabil, inflasi rendah, pertumbuhan uang beredar meningkat, neraca perdagangan surplus, dan cadangan devisa tinggi.
Perbaikan manufaktur dan perdagangan global - Kinerja sektor ini mengalami peningkatan disertai menurunnya volatilitas pasar.
Mahendra juga menyambut baik keputusan lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) yang mengafirmasi peringkat kredit sovereign Indonesia pada level BBB untuk jangka panjang dan A-2 untuk jangka pendek dengan outlook stabil.
"Penilaian itu mencerminkan kepercayaan investor terhadap sektor keuangan Indonesia," katanya.
Dalam konteks sektor jasa keuangan, OJK berkomitmen terus mendorong lembaga keuangan untuk berperan aktif dalam pembiayaan sektor-sektor prioritas dengan tetap menjunjung prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
"Kami mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kompetitif dan berkelanjutan, melalui penguatan ekosistem jasa keuangan yang inklusif dan sehat," tegas Mahendra.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan II 2025 pada Selasa (5/8/2025).
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
IHSG Naik 0,56 Persen di Awal Perdagangan, Ditopang...
Towa News | 11 November 2025, 10.49 WIB
Ekonomi AS Terancam Minus Akibat Government Shutdown Berkepanjangan
Towa News | 10 November 2025, 11.59 WIB
Menkeu Kirim Surat ke Seluruh Kepala Daerah, Minta...
Towa News | 10 November 2025, 10.02 WIB
IHSG Cetak Rekor Baru, Sentuh Level 8.455 di...
Towa News | 10 November 2025, 09.55 WIB
Transaksi Aset Kripto Indonesia Mencapai Rp 360,3 Triliun...
Towa News | 06 November 2025, 14.27 WIB