Panas Terik Selimuti Indonesia: BMKG Jelaskan Penyebab dan Prognosis hingga November

Dipublish oleh Tim Towa | 16 Oktober 2025, 13:26 WIB

Bagikan:
X
Panas Terik Selimuti Indonesia: BMKG Jelaskan Penyebab dan Prognosis hingga November
Ilustrasi Panas

Towa News, Jakarta – Sejumlah wilayah Indonesia mengalami gelombang panas yang intens dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena ini disebabkan oleh kombinasi faktor geok semu matahari dan penguatan Monsun Australia.

Berdasarkan siaran pers yang dirilis pada 15 Oktober 2025, suhu maksimum mencapai 37,6°C di beberapa lokasi. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa pada bulan Oktober, posisi gerak semu matahari berada di selatan ekuator, sehingga wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima intensitas penyinaran matahari yang lebih kuat.

"Penguatan angin timuran atau Monsun Australia membawa massa udara kering dan hangat sehingga pembentukan awan minim serta radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal," ujar Guswanto di Jakarta, Rabu (15/10).

Wilayah yang paling terdampak mencakup sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah Papua. Data BMKG mencatat suhu maksimum di atas 35°C tersebar luas di seluruh nusantara.

Rekor tertinggi suhu tercatat di Majalengka (Jawa Barat) dan Boven Digoel (Papua) yang mencapai 37,6°C pada 14 Oktober 2025. Sebelumnya, pada 12 Oktober, suhu tertinggi 36,8°C terukur di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menerangkan bahwa konsistensi tingginya suhu maksimum menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan.

BMKG memproyeksikan bahwa kondisi cuaca panas ini masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025. Meskipun demikian, lembaga meteorologi juga memprakirakan potensi hujan lokal akibat aktivitas konvektif pada sore hingga malam hari, terutama di sejumlah wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

Merespons kondisi ini, BMKG menghimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan mencukupi kebutuhan cairan dan menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama, khususnya pada siang hari. Lembaga ini juga menganjurkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video