Prabowo dan Visi Besar: Mengumpulkan 2000 Saintis untuk Masa Depan Indonesia

Dipublish oleh Tim Towa | 07 Agustus 2025, 12.20 WIB

Prabowo dan Visi Besar: Mengumpulkan 2000 Saintis untuk Masa Depan Indonesia
(Dok. Sekertariat Presiden)

Towa News, Jakarta - Di tengah hiruk pikuk politik dan ekonomi global, Presiden Prabowo Subianto melakukan sebuah langkah yang tidak biasa namun sangat strategis. Pada 7 Agustus 2025, di kampus Institut Teknologi Bandung yang bersejarah, ia berhasil mengumpulkan lebih dari 2.000 saintis Indonesia dalam satu forum - sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah republik ini.

Visi yang Melampaui Zamannya

Keputusan Prabowo untuk menginisiasi Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 bukan sekadar acara seremonial. Ini adalah manifestasi dari visi seorang pemimpin yang memahami bahwa kekuatan sejati sebuah bangsa tidak terletak pada sumber daya alam semata, melainkan pada kualitas sumber daya manusianya.

"Presiden Prabowo selalu menginspirasi, menginisiasi, mengumpulkan peneliti-peneliti Indonesia di mana pun berada," ungkap Menteri Brian Yurianto, mencerminkan konsistensi komitmen sang Presiden terhadap dunia sains dan teknologi.

Momentum Bersejarah yang Tak Terlupakan

Ketika 2.200 peserta dari berbagai latar belakang keilmuan berkumpul di Bandung, mereka menyaksikan lahirnya sebuah momentum bersejarah. Ini bukan hanya pertemuan biasa - ini adalah "momentum besar yang pertama kali dilakukan di bangsa ini," sebagaimana disampaikan dalam pembukaan konvensi.

Yang membuat momen ini semakin istimewa adalah fakta bahwa Prabowo menjadi presiden kedua setelah Soekarno yang mengunjungi ITB dalam masa jabatannya. Paralel historis ini bukan kebetulan - keduanya adalah pemimpin yang memahami pentingnya sains dan teknologi bagi kemajuan bangsa.

Kualitas di Atas Kuantitas

Keberhasilan mengumpulkan 2.000 saintis menjadi lebih bermakna karena Prabowo tidak sekadar mengejar angka. Dari 1.066 peneliti STEM yang hadir, semuanya dipilih berdasarkan kriteria ketat dengan H-Index minimal 15 - standar internasional yang menunjukkan produktivitas dan dampak penelitian mereka.

"Kami memilih peneliti yang memang produktif, yang aktif," tegas Menteri Brian, menunjukkan bahwa ini bukan gathering simbolis, melainkan pertemuan para praktisi sains berkualitas tinggi yang mampu berkontribusi nyata bagi kemajuan Indonesia.

Merajut Kekuatan yang Tersebar

Salah satu keahlian kepemimpinan Prabowo yang paling menonjol adalah kemampuannya merajut kekuatan yang tersebar. Dalam KSTI 2025, ia berhasil mempertemukan:

  • Para diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara
  • Rektor dan wakil rektor dari seluruh nusantara
  • Mahasiswa doktor yang merupakan generasi penerus
  • Perwakilan industri dan BUMN
  • Akademisi dari berbagai disiplin ilmu

Keberagaman peserta ini mencerminkan visi Prabowo tentang ekosistem sains yang terintegrasi, di mana akademisi, industri, dan pemerintah bersinergi untuk kemajuan bersama.

Sains sebagai Senjata Perjuangan

Dalam pandangan Prabowo, sains dan teknologi bukan sekadar alat pembangunan ekonomi, melainkan "senjata perjuangan bangsa." Framing ini menunjukkan pemahaman mendalam bahwa di era modern, kekuatan militer konvensional tidak cukup - sebuah bangsa memerlukan kekuatan teknologi untuk berdaulat dan berdaya saing.

Dengan mengumpulkan 2.000 saintis, Prabowo sesungguhnya sedang membangun "tentara" intelektual yang akan memimpin transformasi Indonesia menuju negara maju.

Menyambung Mata Rantai yang Putus

Selama puluhan tahun, Indonesia mengalami brain drain di mana talenta terbaiknya hijrah ke luar negeri. Kehadiran 26 diaspora Indonesia dalam konvensi ini menandakan upaya Prabowo untuk menyambung kembali mata rantai yang sempat putus.

Ia tidak hanya memanggil mereka pulang, tetapi menciptakan ekosistem yang membuat mereka ingin berkontribusi, baik dari dalam maupun luar negeri.

KSTI 2025 yang berlangsung selama tiga hari bukan sekadar acara sekali jalan. Agenda penyusunan peta jalan penelitian dan inovasi teknologi menunjukkan bahwa Prabowo berpikir jangka panjang. Ia sedang membangun fondasi bagi Indonesia untuk menjadi negara yang diperhitungkan dalam percaturan global.

Ketika 400 hasil penelitian unggulan dipamerkan dan dipertemukan dengan industri, di sana terjadi proses transformasi ide menjadi inovasi, dan inovasi menjadi solusi nyata bagi masyarakat.

Refleksi: Pemimpin yang Memahami Zamannya

Keberhasilan Prabowo mengumpulkan 2.000 saintis dalam satu forum merupakan bukti nyata kepemimpinannya yang visioner. Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, ia memahami bahwa investasi terbesar yang bisa dilakukan sebuah bangsa adalah investasi pada kecerdasan dan kreativitas rakyatnya.

Inisiatif ini bukan hanya tentang hari ini, tetapi tentang Indonesia 20-30 tahun ke depan. Ketika negara-negara lain berlomba dalam perang dagang dan kompetisi militer, Prabowo memilih jalur yang berbeda: membangun kekuatan melalui sains dan teknologi.

KSTI 2025 akan dikenang sebagai momen bersejarah ketika seorang presiden memiliki keberanian untuk bermimpi besar dan kemampuan untuk mewujudkannya. Dengan mengumpulkan 2.000 saintis, Prabowo telah menanam benih untuk Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan berdaulat di masa depan.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video