Sultan yang Selamatkan Ribuan Perempuan dari Jepang Kini Pahlawan Nasional

Dipublish oleh Tim Towa | 10 November 2025, 13:05 WIB

Bagikan:
X
Sultan yang Selamatkan Ribuan Perempuan dari Jepang Kini Pahlawan Nasional
Sultan Muhammad Salahuddin, Sultan Bima XIV ( Foto: Istimewa)

Towa News, Jakarta - Presiden Republik Indonesia secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Muhammad Salahuddin, Sultan Bima XIV, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional pada Minggu (10/11/2025) di Istana Negara, Jakarta.

Penganugerahan ini menjadi momentum bersejarah bagi masyarakat Bima dan Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah perjuangan panjang lebih dari satu dekade untuk mendapatkan pengakuan negara atas jasa-jasa sang Sultan yang memimpin Kesultanan Bima dari tahun 1915 hingga 1951.

Pejuang dari Timur Nusantara

Sultan Muhammad Salahuddin lahir pada 14 Juli 1889 dan memerintah di tengah masa penuh tekanan kolonial. Kepemimpinannya diwarnai perjuangan gigih melawan penjajahan Belanda dan upaya memajukan kesejahteraan rakyat Bima.

Puncak perjuangannya tercatat pada 22 November 1945, ketika Sultan mengeluarkan Maklumat Kesetiaan Kesultanan Bima kepada Republik Indonesia yang baru diproklamasikan. Di tengah situasi politik penuh ketidakpastian, Sultan dengan tegas memilih berdiri bersama Republik, sekalipun harus melepaskan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya.

"Sultan Muhammad Salahuddin adalah salah satu raja pertama di Indonesia yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada Republik Indonesia," ungkap Dewi Ratna Muchlisa, Kepala Museum Samparaja Bima sekaligus cucu Sultan.

Apresiasi Langsung Presiden Soekarno

Keteguhan Sultan dalam membela kemerdekaan mendapat apresiasi langsung dari Presiden Soekarno, yang secara khusus datang ke Bima pada 13 November 1950 untuk menyampaikan terima kasih atas kesetiaan Sultan dan rakyat Bima terhadap Republik Indonesia.

Ketika Sultan wafat di Jakarta pada 14 Juli 1951, Presiden Soekarno memberikan penghormatan kenegaraan dengan menyemayamkan jenazah di Gedung Proklamasi Pegangsaan Timur 56. Soekarno bahkan menyebut Sultan Salahuddin sebagai "pahlawan sejati dari Timur Nusantara."

Pelopor Pendidikan dan Pembaharu Sosial

Sultan dikenal sebagai pemimpin yang sangat visioner dalam bidang pendidikan. Ia mendirikan puluhan sekolah di berbagai penjuru Bima, termasuk Sekolah Agama Darul Ulum dan Sekolah Kejuruan Wanita (Kopschool) di Raba pada tahun 1922.

"Sultan percaya bahwa kemerdekaan sejati tidak akan tercapai tanpa kecerdasan rakyat," tutur Dewi Ratna.

Berkat kepeduliannya terhadap pendidikan, Bima berkembang menjadi salah satu daerah dengan tingkat literasi tertinggi di kawasan timur Indonesia pada masa itu.

Kebijakan "Nika Baronta" Selamatkan Perempuan Bima

Sultan juga dikenang karena kebijakan berani "Nika Baronta" (kawin berontak) pada masa pendudukan Jepang. Ia memerintahkan agar para gadis Bima segera dinikahkan untuk menghindari ancaman dijadikan Jugun Ianfu (budak seks tentara Jepang).

Kebijakan tersebut berhasil menyelamatkan ribuan perempuan Bima. Bima menjadi satu-satunya daerah di Nusantara bahkan Asia yang tidak memiliki perempuan yang dijadikan budak seks pada masa pendudukan Jepang.

Proses Pengusulan Panjang

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bima, Tajuddin, mengungkapkan Sultan Muhammad Salahuddin sudah diusulkan menjadi pahlawan nasional sejak 2008 dan diproses pada 2016. Namanya masuk dalam antrean sebagai kandidat pahlawan nasional dari 2019 hingga 2024.

"Pengusulan ini tidak terlepas dari jasa-jasanya berjuang untuk kemerdekaan RI yang menyatakan diri Kesultanan Bima bergabung dengan NKRI," ujar Tajuddin.

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Muhammad Salahuddin menjadi penegasan bahwa perjuangan tokoh-tokoh dari Indonesia Timur merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa secara keseluruhan.

(Sumber: ANTARA, Media Indonesia, Republika, Detik, iNews, JPNN)

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video