Tensi AS-China Memanas, Harga Bitcoin Turun ke Level Terendah US$103.900

Dipublish oleh Tim Towa | 31 Mei 2025, 11.48 WIB

Tensi AS-China Memanas, Harga Bitcoin Turun ke Level Terendah US$103.900
foto: Getty Images

Towa News, Jakarta - Ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat, memicu kepanikan pasar global dan menjatuhkan harga aset berisiko termasuk kripto dan saham.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap, harga Bitcoin (BTC) sempat anjlok ke level US$103.900 pada perdagangan Sabtu (31/5/2025), sebelum stabil di kisaran US$104.000. Penurunan ini menandai respons pasar atas meningkatnya konflik tarif antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Koreksi tidak hanya terjadi pada pasar kripto. Indeks saham global turut melemah, sementara harga emas, yang selama ini menjadi aset lindung nilai, turun 0,7% — mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor.

Menurut laporan Warta Ekonomi, penyebab utama gejolak ini berasal dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menuduh China melanggar kesepakatan gencatan tarif yang sebelumnya telah dicapai. Trump menyatakan, “China telah menunjukkan ketidakkomitmen terhadap perjanjian yang kita sepakati awal bulan ini.”

Hal tersebut diperkuat oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mengonfirmasi bahwa pembicaraan lanjutan antara kedua negara telah menemui jalan buntu.

“Kami telah berupaya membuka kembali negosiasi, namun belum ada perkembangan positif dari pihak China,” ujarnya, dikutip dari Warta Ekonomi, Sabtu (31/5).

Sebagai respons, pemerintah China mendesak AS untuk segera menghentikan kebijakan ekonomi yang mereka anggap diskriminatif.

“Kami menyerukan agar Amerika Serikat kembali ke meja perundingan dengan sikap terbuka dan tidak memaksakan pendekatan sepihak,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri China yang dikutip oleh CCTV News.

Sebelumnya, kedua negara sempat meredakan ketegangan melalui kesepakatan gencatan yang memberi angin segar pada pasar. Harga Bitcoin sempat mencatat reli pada pertengahan Mei 2025. Namun, konflik terbaru ini dikhawatirkan akan menghapus sentimen positif tersebut dan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global.

Sementara itu, analis dari CNBC Indonesia menilai bahwa situasi ini dapat memperburuk kepercayaan investor terhadap aset digital.

“Sentimen geopolitik seperti ini sangat memengaruhi psikologis pasar kripto. Bitcoin masih sangat reaktif terhadap isu global, terutama jika menyangkut Amerika dan China,” ujar Reza Fahlevi, analis kripto independen.

Dengan ketegangan yang belum menunjukkan tanda mereda, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap pergerakan pasar dalam beberapa hari ke depan.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video